SERANG, TOPmedia - Sejumlah masyarakat dan mahasiswa menggelar aksi Long March dari depan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Serang menuju Jakarta guna menyampaikan aspirasinya di Kementerian ESDM dan Istana Negara, Jumat (06/09/2019).
Ikmaludin salah satu masyarakat Padarincang yang mengikuti aksi Long March mengatakan bahwa, ini merupakan rangkaian dari dua tahun yang lalu terkait penolakan warga masyarakat menolak mega proyek Geothermal yang berada di Desa Batukuwung, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang.
"Aksi long march hari ini kita ke Jakarta, ke Kementerian ESDM dan ke Istana Merdeka. KIta dari teman teman, masyarakat, dan mahasiswa dengan tujuan dan tuntutan yang sama, untuk meminta mencabut izin mega proyek Geothermal yang berada di padarincang," katanya, saat ditemui di sela-sela aksi Long March di depan Kampus UIN Serang, Jumat (6/9/).
Aksi ini juga merupakan satu bentuk upaya dan kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah daerah yang terkesan tidak mau tahu dan terkesan pura-pura.
Baca juga: Tuntut Cabut Izin Geothermal Padarincang, Masyarakat & Mahasiswa Akan Longmarch ke Jakarta
"Pihak Kabupaten Serang itu sudah munafik, dulu ketika masyarakat menanyakan pada bupati terkait adanya mega proyek Geothermal di Padarincang, mereka menjawab bahwa 'Wah kami tidak tau apa-apa terkait proyek Geothermal Padarincang' Tapi mereka kemarin itu buat kegiatan di pemkab persoalan Geothermal, kan itu berarti mereka tau dong. Bupati tau berarti mega proyek Geothermal itu ada di Padarincang, tapi seolah-olah mereka tidak mau tau," bebernya.
Saat ini, ungkap Ikmaludin, sejak adanya eksplorasi Geothermal sejak tahun kemarin, dampaknya sudah mulai dirasakan masyarakat. Di daerahnya bila ada hujan, material dari atas gunung yang dijadikan proyek tersebut turun kebawah ke pemukiman yang mengakibatkan banjir dan tumpukan lumpur serta bebatuan.
Baca juga: Meski Ada Penolakan, Proyek Geothermal di Padarincang Terus Berlanjut
"Belum pernah yang namanya banjir itu ada di Padarincang sebelumnya, namun kini ada, ketika Geothermal itu hadir, kita mendapatkan dampak itu. Longsoran material akibat kegiatan eksplorasi itu, dan pihak perusahaan tidak pernah sama sekali hadir pada saat ada bencana, terkait tanggung jawabnya, itu salah satunya, dan lantaran itu masyarakat merasa khawatir dan risih. Proyek ini belum berdiri saja sudah ada masalah kaya gini dan tidak ada upaya apapun dari pihak perusahaan, apalagi nanti ketika dilakukan eksplorasi secara masif," ungkapnya.
Intinya, lanjut Ikmaludin, masyarakat Padarincang itu tidak menolak jika ada pembangunan apapun, yang penting ramah terhadap masyarakat dan ramah terhadap lingkungan.
"Sebenarnya masalah inikan dulu bulan Maret 2018, seluruh elemen masyarakat, pemuda kemudian alim ulama, tokoh masyarkat menghadiri sosialisasi dari pihak perusahaan, dari keputusan itu juga disampaikan beberapa materi terkait tentang perusahaan Geothermal dan kesepakatan dari musyawarah itu, ya seluruh elemen masyarakat Padarincang, Cinangka, Ciomas, menolak hasil sosialisasi itu dan pihak perusahaan muspika dari pemda juga hadir waktu itu. Dan katanya, kalau masyarakat tetap menolak, ya untuk apa tetap dilanjutkan, itu jawaban waktu tahun 2018, tapi nyatanya." tandasnya. (Tb/Red)